Menanti Jalan Lotu-Bogali-Awa'ai yang Layak
KepulauanNias.com - “Kenapa jalannya begini terus?” Itulah keluhan yang sering terdengar dari warga Nias Utara saat melintasi jalan Lotu-Bogali-Awa'ai. Mereka berharap, proyek senilai Rp6,8 miliar ini bisa menghadirkan perubahan nyata. Namun, hingga penghujung tahun 2024, kondisi jalan ini masih jauh dari kata selesai. Ada apa sebenarnya dengan proyek ini?
Dari sekadar debu tebal yang mengganggu pengendara hingga kerusakan serius seperti retakan dan lubang menganga, ruas jalan ini menjadi cerminan masalah infrastruktur yang berulang. Padahal, jalan ini sangat vital, terutama saat mendekati Natal dan Tahun Baru, ketika aktivitas warga meningkat drastis.
Proyek Besar, Masalah Besar?
Proyek ini dimulai pada 19 Juni 2024 dengan durasi pelaksanaan 180 hari. Sumber dananya berasal dari Dana Bagi Hasil (DBH) Sawit, dan pengerjaannya dipercayakan kepada CV Cemara Indah. Sayangnya, sejak awal, proyek ini sudah menuai sorotan. Batu kecil yang disebar di badan jalan malah menciptakan debu tebal, mempersulit perjalanan, terutama bagi pengendara motor.
Lebih parah lagi, kualitas aspal yang digunakan juga dipertanyakan. Pantauan di lapangan menunjukkan banyak titik aspal yang sudah retak atau terkelupas, meski pengerjaan belum rampung. Ini memunculkan tanda tanya besar: apakah bahan yang digunakan tidak sesuai standar?
Warga: "Kami Butuh Jalan yang Layak!"
Bagi masyarakat sekitar, jalan Lotu-Bogali-Awa'ai bukan sekadar akses transportasi. Jalan ini adalah urat nadi kehidupan mereka. Saat mendekati Natal, jalan ini menjadi jalur utama untuk berbagai kegiatan persiapan. Dengan kerusakan yang ada, perjalanan mereka menjadi lebih lambat, bahkan berbahaya.
“Sudah Desember, tapi jalannya masih begini. Kami berharap segera selesai, apalagi Natal dan Tahun Baru semakin dekat,” keluh salah satu warga yang tinggal di sepanjang jalur tersebut.
Apa Kata Pemerintah?
Kepala Dinas PUTR Kabupaten Nias Utara, Onahia Telaumbanua, mengakui bahwa proyek ini belum selesai. Beberapa item penting seperti pembangunan duiker, cor bahu jalan, dan pelapisan hotmix masih dalam pengerjaan. Namun, ia menegaskan bahwa pihak rekanan tetap berkomitmen menyelesaikan proyek ini sesuai kontrak.
Pernyataan tersebut sedikit meredakan keresahan, tetapi tidak cukup meyakinkan masyarakat. Apalagi, pengalaman di lapangan menunjukkan adanya ketidakberesan dalam pengawasan kualitas.
Menanti Perubahan: Solusi atau Sekadar Janji?
Permasalahan infrastruktur seperti ini bukan cerita baru di Indonesia. Proyek besar sering kali terhambat oleh kendala teknis, minimnya pengawasan, atau bahkan penyalahgunaan anggaran. Di Nias Utara, masyarakat kini hanya bisa berharap agar janji pemerintah benar-benar ditepati.
Namun, solusi sebenarnya membutuhkan lebih dari sekadar janji. Pengawasan ketat terhadap kualitas pekerjaan, transparansi penggunaan anggaran, dan keterlibatan masyarakat dalam proses evaluasi adalah kunci untuk memastikan proyek seperti ini tidak terus mengulang kesalahan yang sama.
Akhir Kata
Jalan Lotu-Bogali-Awa'ai adalah cerminan dari banyak persoalan pembangunan di daerah. Di satu sisi, ada kebutuhan mendesak masyarakat untuk akses yang layak. Di sisi lain, ada tantangan besar dalam mewujudkan proyek yang benar-benar berkualitas.
Natal dan Tahun Baru tinggal hitungan hari. Apakah jalan ini akan selesai tepat waktu? Atau masyarakat harus kembali berkompromi dengan debu dan kerusakan? Hanya waktu yang akan menjawab.
Untuk saat ini, yang bisa kita lakukan adalah berharap agar pemerintah dan rekanan tidak lagi menunda pekerjaan ini. Karena bagi masyarakat Nias Utara, jalan yang layak adalah hak, bukan sekadar janji di atas plank proyek.
“Semoga Natal tahun ini tidak lagi dihiasi debu di jalan.”
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow