Keunikan dan Tantangan Pemajuan Kebudayaan di Kabupaten Nias Selatan

Keunikan dan Tantangan Pemajuan Kebudayaan di Kabupaten Nias Selatan

Smallest Font
Largest Font

KepulauanNias.com - "Tahukah kamu bahwa setiap tarian, ukiran, bahkan bahasa yang digunakan sehari-hari memiliki cerita yang luar biasa dalam membentuk identitas suatu daerah? Di Nias Selatan, jejak budaya ini tidak hanya menjadi warisan, tetapi juga tantangan besar untuk dilestarikan."


Ketika mendengar nama Nias Selatan, mungkin yang langsung terbayang adalah keindahan alamnya—pantai-pantai eksotis seperti Lagundri dan Sorake, yang dikenal sebagai surganya para peselancar dunia. Namun, di balik deburan ombaknya, tersembunyi kekayaan budaya yang luar biasa. Sayangnya, kekayaan ini kerap berada di persimpangan antara pelestarian dan ancaman kepunahan.

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri apa saja Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) di Kabupaten Nias Selatan, tantangan yang dihadapi, serta langkah-langkah strategis untuk memajukan kebudayaan yang sudah menjadi identitas daerah tersebut.


Apa Itu Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah?

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) adalah dokumen yang memuat kondisi faktual, permasalahan, dan rekomendasi terkait kebudayaan di suatu daerah. Dokumen ini bukan hanya sekadar arsip, tetapi menjadi pedoman dalam perencanaan dan penganggaran tahunan pemerintah daerah.

Di Kabupaten Nias Selatan, PPKD ini menjadi landasan penting untuk melindungi 10 objek pemajuan kebudayaan yang telah ditetapkan secara nasional. Objek tersebut meliputi:

  1. Manuskrip
  2. Tradisi Lisan (seperti Hoho, Orau, Mane'esi)
  3. Adat Istiadat (dalam pernikahan, kematian, dan kelahiran anak)
  4. Pengetahuan Tradisional (kuliner khas seperti Babae dan Gowi Nitutu, hingga obat tradisional seperti Namo Mbanua)
  5. Teknologi Tradisional (arsitektur tradisional seperti Bawagoli)
  6. Ritus (seperti Famadaya Harimau)
  7. Seni (tari Maena, seni rupa Adu Sarambia)
  8. Permainan Tradisional (Faba’a dan Fafiri)
  9. Olahraga Tradisional (Fahombo, tradisi lompat batu)
  10. Bahasa (Li Niha Raya dan Li Niha You).

Mengapa Penting untuk Melestarikan Budaya?

Budaya bukan hanya tentang adat dan tradisi, tetapi juga mencakup identitas dan kebanggaan masyarakat. Dalam konteks Nias Selatan, setiap elemen budaya memiliki cerita yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Misalnya, Famadaya Harimau, tarian tradisional yang mencerminkan semangat kepahlawanan, atau Fahombo, yang lebih dari sekadar olahraga, tetapi juga simbol kedewasaan dan keberanian.

Namun, ancaman globalisasi dan modernisasi membuat elemen-elemen budaya ini mulai tergeser. Generasi muda lebih banyak terpapar budaya pop dibandingkan tradisi lokal. Jika tidak dilestarikan, sebagian besar warisan budaya ini berisiko punah.


Tantangan dalam Pemajuan Kebudayaan

  1. Minimnya Sumber Daya
    Tidak semua daerah memiliki sarana dan prasarana untuk mendukung pelestarian budaya. Di Nias Selatan, meskipun terdapat cagar budaya seperti Kawasan Bawomataluo yang diakui secara nasional, masih banyak situs lain yang kurang mendapatkan perhatian.

  2. Kurangnya Kesadaran Masyarakat
    Tidak semua warga, terutama generasi muda, memahami pentingnya melestarikan budaya lokal. Modernisasi yang cepat sering kali membuat budaya tradisional terlihat kurang menarik.

  3. Pendanaan Terbatas
    Meski budaya adalah aset penting, prioritas anggaran pemerintah sering kali lebih difokuskan pada pembangunan infrastruktur fisik daripada budaya.

  4. Ancaman Kepunahan Tradisi Lisan
    Tradisi lisan seperti cerita rakyat dan Hoho kian jarang didengar. Padahal, tradisi ini merupakan sumber pengetahuan sejarah dan nilai-nilai kehidupan.


Langkah-Langkah Strategis

Melalui Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Nias Selatan, beberapa langkah strategis dirumuskan:

  1. Pengumpulan Data Secara Menyeluruh
    Data faktual terkait objek budaya dikumpulkan melalui diskusi, survei, dan wawancara mendalam. Hasil ini menjadi dasar untuk menyusun rekomendasi lintas sektor.

  2. Skala Prioritas untuk Pelestarian
    Karena banyaknya objek budaya (lebih dari 500 tercatat), maka rekomendasi dibuat berdasarkan ancaman kepunahan dan urgensi pelestarian. Objek budaya yang terancam punah, seperti situs megalitik Tundrumbaho, mendapat perhatian utama.

  3. Kolaborasi Lintas Sektor
    Pelestarian budaya membutuhkan kerja sama antara pemerintah, tokoh adat, lembaga pendidikan, dan masyarakat umum.

  4. Edukasi dan Pemberdayaan Generasi Muda
    Pendidikan formal dan informal tentang budaya lokal dapat meningkatkan rasa cinta generasi muda terhadap warisan mereka.

  5. Pemanfaatan Teknologi
    Dokumentasi digital, seperti pembuatan video atau platform daring tentang tradisi lokal, dapat menjangkau khalayak yang lebih luas.


Kisah Inspiratif: Famadaya Harimau dan Warisan Tak Benda

Salah satu kisah budaya yang menarik dari Nias Selatan adalah Famadaya Harimau. Tarian ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan cerminan filosofi hidup masyarakat Nias. Gerakan yang menggambarkan harimau adalah simbol kekuatan, keberanian, dan keharmonisan dengan alam. Kini, tarian ini telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda.

Namun, tarian ini hampir kehilangan tempatnya di hati generasi muda. Berkat inisiatif pemerintah dan para tokoh adat, Famadaya Harimau mulai diajarkan kembali di sekolah-sekolah. Bahkan, beberapa festival budaya kini rutin menampilkan tarian ini.


Penutup

Melestarikan kebudayaan adalah tugas bersama. Sebagai bagian dari masyarakat global, kita memang perlu membuka diri terhadap modernisasi. Namun, itu tidak berarti melupakan akar budaya kita sendiri. Apa yang dilakukan oleh Kabupaten Nias Selatan melalui PPKD adalah contoh nyata bagaimana warisan budaya bisa tetap hidup di tengah tantangan zaman.

Jadi, kapan terakhir kali kamu mempelajari budaya daerahmu? Jangan sampai kita hanya sibuk dengan dunia digital, hingga lupa bahwa jati diri kita ada di setiap gerakan tarian, ukiran, dan cerita yang diwariskan leluhur.

Mari bersama-sama menjaga kekayaan ini, karena budaya bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga aset untuk masa depan.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow