Bocah Korban Kekerasan di Nias Selatan Dipaksa Tinggal di Kandang Ayam

Bocah Korban Kekerasan di Nias Selatan Dipaksa Tinggal di Kandang Ayam

Smallest Font
Largest Font

Kepulauannias.com - Bayangkan hidup di kandang ayam, dikelilingi bau kotoran dan suara hewan yang terus berkokok. Ini bukan cerita fiksi, melainkan kisah nyata seorang bocah perempuan di Nias Selatan, Sumatra Utara. Bocah malang ini harus menghadapi kekerasan dan pengabaian yang membuat kita semua merinding. Bagaimana bisa seorang anak diperlakukan seperti ini? Mari kita telusuri lebih dalam.

Bocah di Nias Selatan mengalami kekerasan dan dipaksa tinggal di kandang ayam. Pelaku adalah keluarga dekat. Kasus ini mendapat perhatian serius setelah beredar di media sosial. - kepulauannias.com

Ditinggal Orang Tua

Bocah ini, yang namanya sengaja tidak disebutkan untuk melindungi privasinya, ditinggal oleh kedua orang tuanya sejak kecil. Ibu dan ayahnya memilih merantau ke luar pulau setelah bercerai, meninggalkan sang anak dalam asuhan kakek dan neneknya. Namun, alih-alih mendapatkan kasih sayang, bocah ini justru mengalami penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi.

Bocah ini dipaksa tinggal di kandang ayam, sebuah tempat yang seharusnya tidak layak untuk manusia. Kandang itu penuh dengan ayam, bau kotoran, dan kondisi yang tidak sehat. Warga sekitar bahkan mengaku pernah melihatnya tidur di sana. Sungguh ironis, di usia yang seharusnya dipenuhi tawa dan kebahagiaan, dia justru hidup dalam penderitaan.

Suatu hari, bocah ini berhasil melarikan diri dari kandang ayam. Dia menemukan keberanian untuk bercerita kepada warga setempat tentang apa yang dialaminya. Ini menjadi titik terang bagi pengungkapan kasus ini. Kapolres Nias Selatan, AKBP Ferry Mulyana Sunarya, menyatakan bahwa keberanian korban menjadi kunci utama dalam penyelidikan.

Kaki Patah dan Mulut Disumpal

Bocah ini tidak hanya dipaksa tinggal di kandang ayam, tetapi juga mengalami penyiksaan fisik yang mengerikan. Kakinya patah di beberapa bagian akibat diinjak-injak oleh pelaku. Bahkan, saat penyiksaan terjadi, mulutnya disumpal dengan kain agar tidak berteriak. Pelaku? Mereka adalah keluarga dekatnya sendiri: paman, tante, kakek, dan neneknya.

Polisi telah memeriksa sejumlah saksi, baik dari keluarga maupun warga sekitar. Kasus ini mendapat perhatian serius setelah foto dan video korban beredar di media sosial. Seorang pengguna Facebook, Lider Giawa, membagikan video yang menunjukkan kondisi kaki korban yang tidak normal. Meskipun sebelumnya pernah dilaporkan, kasus ini baru benar-benar ditangani setelah korban bisa berbicara dan memberikan kesaksian.

Refleksi

Kasus ini mengingatkan kita betapa pentingnya peran masyarakat dalam melindungi anak-anak dari kekerasan. Jika Anda melihat atau mencurigai adanya tindakan kekerasan terhadap anak, jangan ragu untuk melapor ke pihak berwajib. Setiap anak berhak mendapatkan kehidupan yang layak dan penuh kasih sayang.

Kisah bocah korban kekerasan di Nias Selatan ini adalah tamparan keras bagi kita semua. Mari kita jadikan ini sebagai momentum untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Anak-anak adalah masa depan bangsa, dan mereka berhak tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh cinta.

Jika artikel ini menyentuh hati Anda, jangan ragu untuk membagikannya ke media sosial. Mari bersama-sama meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melindungi anak-anak dari kekerasan.(*)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Paling Banyak Dilihat